Pendampingan Penulisan Sejarah Dusun Tegalsenden (Kedung) dan Gupolo, Cucukan, Klaten, Jawa Tengah, Berbasis Sumber Lisan

Menulis sejarah desa merupakan sebuah tantangan yang sulit bagi masyarakat desa itu sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki keterbatasan dalam memahami dan mengakses sumber-sumber informasi yang dibutuhkan, seperti dokumen-dokumen arsip dan literatur yang mendukung serta bagaimana menggunakan sumber lisan (sejarah lisan dan tradisi lisan). Perlu adanya pendampingan sejarawan akademis dalam menulis sejarah desa. Sejarawan akademis bisa memberikan bantuan dalam mengakses sumber-sumber informasi, serta membantu masyarakat desa dalam mengorganisir dan menganalisis data yang diperoleh (melalui sumber lisan). Selain itu, sejarawan akademis juga bisa membantu mengatasi perbedaan pandangan dan kepentingan, sehingga penulisan sejarah desa bisa menjadi lebih objektif dan akurat. Dengan adanya pendampingan sejarawan akademis, masyarakat desa bisa memperoleh manfaat yang lebih luas, seperti meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah desa mereka sendiri, serta bisa digunakan sebagai dasar untuk membangun kesadaran dan identitas lokal yang lebih kuat.

Karena itu, pada tahun 2023, Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Hukum dan Ilmu Politik mengadakan program pengabdian kepada masyarakat di Dusun Tegalsenden dan Gupolo di Cucukan Prambanan Jawa Tengah dengan membentuk tim peneliti sejarah desa yang terdiri dari warga desa yang memiliki kemampuan dalam penulisan dan riset sederhana, membuat program dokumentasi sejarah desa yang berkelanjutan. Program ini melibatkan semua lapisan masyarakat desa, termasuk remaja desa serta luaran kegiatan berupa pemuatan catatan-catatan penting dalam penulisan sejarah desa di media sosial, baik website desa dan website prodi Ilmu Sejarah UNY, termasuk terbitan buku.

Dalam prosesnya, penulisan sejarah (dan etnografi) yang melibatkan pemudi dusun (Tegalsenden maupu Gupolo) telah memperkuat narasi Sejarah lokal (Sejarah dan kebudayaan orang-orang kecil/”pinggiran) dilevel bawah sehingga desa/dusun memiliki sejarahnya sendiri dan memperkaya historiografi Indonesia. Dalam hal ini, sesepuh dusun, memiliki peran penting sebagai sumber lisan.